Wednesday, 18 April 2012

Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction. Istilah ini banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Berkembangnya istilah ini dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik, yang menempatkan siswa sebagai subjek kegiatan. Perkembangan teknologi juga memiliki andil dalam mempengaruhi berkembangnya istilah pembelajaran, yaitu bahwa perkembangan teknologi diasumsikan dapat mempermudah siswa dalam mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti media cetak, media audiovisual dan sebagainya. Dari sini paradigma peran guru menjadi berubah, dari sebagai sumber belajar ke perannya sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. 
Gagne (1992:3), menyatakan “instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated”. Mengajar atau teaching adalah bagian dari pembelajaran. Peran guru di sini lebih ditekankan kepada bagaimana merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan dan dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Dalam hal ini Gagne lebih menekankan pada istilah pembelajaran dari pada mengajar , dengan alasan bahwa pembelajaran lebih memberikan dampak secara langsung bagi kegiatan belajar siswa. Pembelajaran mencakup kegiatan yang dapat dilakukan melalui media cetak, media gambar, program televisi dan lain sebagainya. Dengan demikian guru harus dapat memainkan peranannya dalam mengaransemen segala kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peran utama, karena itu setting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktifitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian perbedaan mendasar antara mengajar dan pembelajaran, adalah mengajar menempatkan guru sebagai pemeran utama memberikan informasi sedangkan pembelajaran guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, mengelola berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.

Namun demikian dalam pembelajaran, bukan berarti guru harus kehilangan perannya sebagai pengajar, karena pada dasarnya konsep mengajar juga bermakna membelajarkan siswa. Istilah pembelajaran tidak berarti peran guru semakin mengecil, sedangkan peran siswa membesar. Guru tetap harus berperan secara optimal, demikian juga siswa. Perbedaan yang telah dikemukakan, hanya menunjukkan pada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi dan proses pembelajaran. Istilah pembelajaran menunjukkan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru, artinya tidak akan terjadi pembelajaran tanpa adanya perlakuan guru di sana. Yang membedakan dengan mengajar hanya perlakuannya saja.
Bruce Weil (1980) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran :
Pertama, Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa, melalui penyediaan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. Didasarkan pada teori Piaget, bahwa struktur kognitif akan tumbuh manakala siswa memiliki pengalaman belajar. karena itu proses pembelajaran menuntut siswa secara penuh untuk mencari dan menenmukan sendiri.
Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari antara lain pengetahuan fisis, sosial, dan logika yang masing-masing memerlukan situasi yang berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian. Pengetahuan ini diperoleh melalui pengalaman indera secara langsung seperti memegang, mengangkat, mengukur dan sebagainya. melalui tindakan langsung tersebut anak membentuk struktur kognitif tentang objek. Pengetahuan Sosial berhubungan dengan perilaku individu dalam sistem sosial atau hubungan antar manusia yang dapat memengaruhi interaksi sosial, seperti atutan, hukum, bahasa, dan lain sebagainya. Pengetahuan tersebut muncul dalam budaya masyarakat tertentu, sehingga dapat berbeda antara masyarakat satu dengan yang lain. pengetahuan ini tidak dapat dibentuk dari suatu tindakan terhadap suatu objek, melainkan dengan interaksi seseorang dengan orang lain. Wadsworth (1989) menyatakan bahwa ketika anak melakukan interaksi dengan temannya, maka kesempatan untuk membangun pengetahuan sosial dapat berkembang. Pengetahuan Logika berhubungan dengan berpikir matematis, yaitu pengetahuan yang dibentuk berdasarkan pengalaman dengan suatu objek dan kejadian tertentu. Pengetahuan ini didapat dari abstraksi berdasarkan koordinasi relasi atau penggunaan objek. Pengetahun logis hanya akan berkembang manakala anak berhubungan dan bertindak dengan suatu objek, meski objek yang dipelajarinya tidak memberikan informasi atau menciptakan pengetahuan matematis. Pengetahuan logis diciptakan dan dibentuk oleh pikiran individu itu sendiri, sedangkan objek yang dipelajarinya hanya bertindak sebagai media saja. Jneis-jenis pengatahuan itu memiliki karakteristik tersendiri, oleh karena itu pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa mestinya berbeda.
Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial. Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannya sendiri. anak akan lebih efektif bila belajar melalui pergaulan dan hubungan sosial, karena melalui hubungan sosial tersebut anak berinteraksi dan berkomunikasi, berbagi pengalaman dan lain sebagainya, yang memungkinkan mereka berkembang secara wajar.




Monday, 16 April 2012

Implementasi Kurikulum Bagian 2

2. Mengajar merupakan Proses Mengatur Lingkungan
Pandangan mengajar sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan saat ini dianggap sudah tidak sesuai dengan keadaan, didasarkan pada beberapa alasan yang menuntut terjadinya perubahan paradigma dari mengajar sebagai menyampaikan materi pelajaran menjadi sebagi proses mengatur lingkungan :
Pertama, Siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, melainkan organisme yang sedang berkembang. Dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga mereka dapat menlaksanakan tugas perkembangannya dengan baik. Dalam era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi saat ini, tugas dan tanggung jawab guru menjadi lebih kompleks. Guru tidak hanya dituntut untuk lebih aktif mencari informasi yang diperlukan tetapi lebih dari itu harus pula menyeleksi informasi tersebut, sehingga dapat menunjukkan pada siswa informasi yang dianggap perlu dan penting untuk kehidupan mereka. Guru juga memiliki tugas untuk menjaga siswa agar tidak terpengaruh oelh berbagai informasi yang dapat menyesatkan dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Dengan kondisi ini, kemajuan teknologi menuntut perubahan peran guru. Guru tidak hanya berperan sumber belajar yang bertugas menyampaikan infromasi, lebih dari itu adalah sebagai pengelola sumber belajar untuk dimanfaatkan siswa itu sendiri.
Kedua, Abad pengetahuan dengan ledakan ilmu pengetahuan, mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak mungkin menguasai setiap cabang keilmuan, sehingga ini juga menjadi dasar perubahan paradigma mengajar. Belajar bukan hanya sekadar menghafal informasi, menghafal rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informasi dan pengetahuan itu untuk menguasai kemampuan berpikir.
Ketiga, Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi, memungkinkan setiap orang bisa mendapatkan ilmu pengetahuan di mana dan kapan saja. Begitu banyak sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk menguasai materi pelajaran, mulai dari CD hingga internet. Dengan demikian dewasa ini terjadi kecenderungan perubahan tugas dan tanggung jawab guru dari sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai pengelola pembelajaran.
Keempat, Penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Aliran behavioristik, yang menyatakan manusia sebagai organisme pasif mulai ditinggalkan orang, beralih pada aliran kognitif wholistik yang menyatakan manusia sebagai organisme yang memiliki potensi yang menentukan perilaku manusia. Karena itu pendidikan bukan hanya sebagai kegiatan memberikan stimulus, tetapi usaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Siswa tidak lagi dianggap sebagai objek, tetapi sebagai subjek belajar yang harus mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya. Pengetahuan bukan merupakan pemberian, tetapi dibangun oleh siswa sendiri.
Pengaturan lingkungan merupakan proses menciptakan iklim yang baik, seperti menata lingkungan, menyediakan alat dan sumber pembelajaran, dan lain sebagainya yang memungkinkan siswa betah dan merasa senang belajar sehingga mereka bisa berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya. Dari sini istilah pengajar bergeser menjadi “pembelajaran”, yaitu sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa kea rah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa.
Konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Mengajar berpusat pada siswa (student centered)
Mengajar tidak ditentukan sesuai selera guru, melainkan sangat ditentukan oleh siswa sendiri. Apa yang hendak dipelajari, cara mempelajarinya, siswalah yang akan menentukan sendiri. Siswa berkesempatan mengembangkan gaya belajarnya sendiri. Dengan demikian, peran guru berubah dari sebagai sumber belajar menjadi sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu siswa untuk belajar. Tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Kriteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran, tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Guru berperan tidak hanya sebagai sumber belajar tetapi juga sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah yang dimaksud dengan student centered learning, siswa ditempatkan sebagai subjek belajar sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu materi yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya harus memerhatikan setiap perbedaan siswa.
b. Siswa sebagai subjek belajar
Siswa tidak dianggap sebagai organisme yang pasif yang hanya sebagai penerima informasi, akan tetapi dipandang sebagai organisme yang aktif, yang memiliki potensi untuk berkembang. Siswa adalah individu yang memiliki kemampuan dan potensi.
c. Proses pembelajaran berlangsung di mana saja
Pembelajaran merupakan proses yang berorientasi kepada siswa karena itu ia berlangsung di mana saja dan kapan saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran. Siswa dapat menjadikan objek asli sebagai sumber belajarnya.
d. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
Tujuan pembelajaran bukan penguasaan materi pelajaran melainkan proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Karena itu, penguasaan materi pelajaran bukan akhir dari proses pengajaran, tetapi hanya sebagai tujuan perantara menuju pembentukan tingkah laku yang lebih luas, yaitu sejauhmana materi tersebut dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Karena itu metode yang digunakan lebih bervariasi, seperti diskusi, penugasan, kunjungan dan lain sebagainya, tidak hanya sekedar dengan ceramah.

Tuesday, 20 March 2012

Implementasi Kurikulum Bagian 1

Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah proses mengajar yang dilakukan guru dan proses belajar yang dilakukan siswa di dalam maupun di luar sekolah. Implementasi kurikulum merupakan langkah yang mutlak harus dilaksanakan karena tanpa implementasi kurikulum rencana yang telah disusun tidak akan bermakna. Pada bagian ini akan dibahas mengenai sistem pembelajaran atau sistem belajar mengajar sebagai pelaksanaan implementasi kurikulum.
A. Konsep Dasar Mengajar
1. Mengajar adalah Proses Menyampaikan Materi Pelajaran
Mengajar merupakan terjemahan dari “teach” berasal dari bahasa Inggris kuno, yaitu taecan, berarti to teach (mengajar). Kata ini berasal dari bahasa Jerman kuno (Old Teutenic) taikjan, berasal dari kata dasar teik, memiliki makna “memperlihatkan”. Kata tersebut ditemukan juga dalam bahasa Sansekerta “dic”. Kata “dic” ini dalam bahasa Jerman Kuno dikenal dengan “deik”. Kata “teach” berhubungan pula dengan kata “token” yang berarti tanda atau simbol. Kata “token” ini juga berasal dari bahasa Jerman kuno “taiknom”, yaitu pengetahuan dari taikjan. Dengan demikian token dan teach secara historis memiliki keterkaitan. Dilihat dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau simbol, penggunaan tanda atau symbol tersebut dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respon mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan, dan lain sebagainya. Selanjutnya definisi tersebut terus mengalami perkembangan.
Mengajar, secara deskriptif, diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan atau transfer ilmu dari guru kepada siswa. Namun transfer di sini tidak diartikan sebagai memindahkan, tetapi menyebarluaskan, dianalogkan dengan menyebarluaskan atau memindahkan api, sehingga transfer tersebut tidak menyebabkan ilmu guru berkurang justru akan semakin bertambah. Pengertian yang mungkin paling tepat adalah menanamkan ilmu pengetahuan, sebagaimana pendapat Smith (1987) bahwa mengajar adalah menanamkan ilmu pengetahuan atau keterampilan (teaching is importing knowledge or skill).
Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, mengajar memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered)
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran yang sangat penting. Guru menjadi penentu segalanya, karena itu proses pengajaran biasanya hanya berlangsung ketika guru itu ada, tidak mungkin tanpa kehadiran guru. Di sini guru memiliki paling tidak tiga peranan, yaitu sebagai :
  • Perencana, guru sebelum proses pengajaran guru harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan, seperti materi pelajaran, cara penyampaian dan sebagainya.
  • Penyampai informasi, dalam hal ini guru seringkali menggunakan metode ceramah sebagai metode utama. Guru biasanya sudah merasa mengajar bila sudah melakukan ceramah.
  • Evaluator, guru juga berperan dalam menentukan alat evaluasi keberhasilan belajar. Kriteria keberhasilan proses pengajaran diukur dari sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.
b. Siswa sebagai objek belajar
Konsep mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran, menempatkan peserta didik sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran. Siswa merupakan organisme pasif, yang belum memahami atas apa yang seharusnya mereka pahami, sehingga dituntut memahami segala sesuatu yang diberikan guru melalui pengajaran. Siswa berperan sebagai penerima informasi yang diberikan guru, Jenis informasi dan pengetahuan yang diberikan , terkadang tidak berpijak dari kebutuhan siswa, baik dari segi bakat maupun minat, tetapi bernagkat dari pandangan apa yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat. Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat dan bakatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gayanya sangat terbatas, karena segala sesuatu diatur dan ditentukan oleh guru.
c. Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu
Proses pengajaran dilangsungkan pada tempat tertentu, seperti di dalam kelas dengan penjadwalan yang ketat. Siswa belajar manakala ada kelas yang telah didesain sebagai tempat belajar, sehingga proses pengajaran sering terjadi sangat formal. Waktu juga diatur dengan ketat, melalui penjadwalan dengan menentukan alokasi waktunya. Cara mempelajarinya pun seperti bagian yang terpisah, seakan tidak ada kaitan antara materi satu dengan yang lain.
d. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan ilmu pengetahuan
Keberhasilan proses pengajaran diukur oleh sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampiakan guru. Materi pelajaran adalah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang ditentukan sekolah, sedangkan mata pelajaran tersebut adalah pengalaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis yang kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi tersebut yang harus dikuasai siswa. Terkadang siswa tidak perlu memahami kegunaan mempelajari materi tersebut. Oleh karena itu criteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, sehingga alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis (paper and pencil test) yang dialksanakan secara periodik.

Thursday, 15 March 2012

Komponen Sistem Pembelajaran

Sebagai sebuah sistem, proses pembelajaran memiliki beberapa komponen yang satu dengan yang lain saling berinteraksi dan berinterelasi. Komponen-komponen tersebut adalah :
1. Tujuan
Tujuan merupakan komponen penting dalam sistem pembelajaran, karena tujuan mengandung arah pembelajaran. Tujuan menentukan kondisi siswa yang ingin dibentuk melalui proses tersebut. Tujuan dalam proses pembelajaran menempati posisi yang sangat penting, bagaikan jantung pada tubuh manusia. Ia merupakan komponen yang pertama dan utama dalam sistem pembelajaran. Indonesia, saat ini dengan KTSP nya mejadikan kompetensi sebagai tujuan, artinya bahwa tujuan yang diharapkan adalah siswa dapat menguasai sejumlah kompetensi yang tergambar dalam kompetensi dasar maupun dalam standar kompetensi. Kompetensi, menurut W. Gulo (2002) dipahami dengan kemampuan yang tampak atau sering disebut dengan performance. Performance (penampilan) dapat berbentuk tingkah laku yang dapat didemonstrasikan, dapat diamati, dilihat, dan dirasakan, dan dapat dalam bentuk yang tidak dapat dilihat, yang disebut kompetensi rasional yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kedua bentuk kompetensi tersebut saling berkaitan, yaitu bahwa kemampuan performance berkembang manakala kemampuan rasional meningkat. seorang berpengetahuan luas, akan menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan yang berpengetahuan sedikit.
2. Isi atau Materi Pelajaran
Dalam konteks tertentu materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran, artinya sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi, yaitu apabila tujuan pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Dalam kondisi ini peran guru adalah sebagai sumber belajar, sehingga penguasaan materi menjadi tuntutan mutlak bagi guru. Adapun dalam setting pembelajaran berbasis kompetensi, tugas dan tanggung jawab guru bukan sebagai sumber belajar, karena itu materi pembelajaran seharusnya diambil dari berbagai sumber.
3. Strategi atau Metode
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh komponen ini, karena bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa diimplementasikan melalui strategi dan metode yang tepat, komponen-komponen tersebut dapat kehilangan makna dalam proses mencapai tujuan.
4. Alat dan Sumber
Meski sebagai alat bantu, komponen ini juga memiliki peran yang penting, apalagi dalam zaman dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, alat-alat dan sumber sebagai hasil teknologi, memungkinkan siswa belajar dari mana saja dan kapan saja. Bahkan dengan adanya kemajuan ini peran guru bergeser dari perannya sebagai sumber belajar menjadi sebagai pengelola pembelajaran. Dengan penggunaan berbagai sumber ini kualiatas pembelajaran menjadi semakin meningkat.
5. Evaluasi
Evaluasi tidak hanya berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kenerjanya dalam mengelola pembelajaran. Melalui evaluasi dapat dilihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen sistem pembelajaran.
Analisis terhadap kelima komponen tersebut akan sangat membantu dalam memprediksi keberhasilan proses pembelajaran.

Wednesday, 14 March 2012

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran (part 2)

a. Faktor Guru
b. Faktor Siswa
c. Faktor Sarana Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, seperti media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, seperti gedung sekolah, ruang kelas, jalan sekolah, kamar kecil siswa dan lain sebagainya. Sarana prasarana akan sangat mendukung bagi terselenggaranya proses pembelajaran, bahkan ia adalah komponen yang sangat penting untuk keberhasilan proses pembelajaran.
keuntungan yang diperoleh ketika sarana prasarana tercukupi adalah sebagai berikut :
pertama, sarana prasarana yang lengkap akan menumbuhkan gairah dan motivasi guru dalam mengajar, baik mengajar dalam artian sebagai proses penyampaian materi maupun sebagai proses mengatur lingkungan. Sarana prasarana yang lengkap memungkinkan guru untuk memilih segala sesuatu yang dapat mendukung keberhasilannya dalam melaksanakan pembelajaran.
kedua, Sarana prasarana yang lengkap dapat memberikan berbagai pilihan bagi siswa untuk belajar. Dengan sarana prasarana yang lengkap memungkinkan siswa dengan gaya belajar yang berbeda, dengan tipe yang berbeda-beda untuk menentukan pilihan dalam mereka belajar.
d. Faktor Lingkungan
Dari faktor lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis
Fakto organisasi kelas adalah mencakup jumlah siswa dalam satu kelas. Hal ini penting, karena organisasi kelas yang terlalu besar menajdikan pemeblajaran sebagai upaya pencapaian tujuan belajar kurang efektif. Besarnya kelompok belajar cenderung :
  1. Sumber daya kelompok bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa sehingga waktu yang tersedia menjadi semakin sempit.
  2. Kelompok belajar menjadi kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada, seperti penggunaan waktu untuk diskusi, praktek, dan sebagainya
  3. Kepuaasan belajar setiap siswa cenderung menurun, karena dengan besarnya jumlah kelompok belajar pelayanan yang dapat diberikan oelh masing-masing guru menjadi terbatas, perhatian guru juga akan menjadi terpecah.
  4. Perbedaan individu antar anggota semakin tampak, sehingga semakin sulit untuk mendapatkan suatu kesepakatan, di mana kelompok yang besar cenderung terpecah menjadi sub kelompok yang bertentangan.
  5. Anggota kelompok yang besar cenderung menimbulkan kondisi keterpaksaan bagi siswa untuk menunggu di saat harus bersama-sama maju mempelajari suatu materi pelajaran.
  6. Banyak siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
Degan demikian jumlah anggota kelompok belajar yang besar menjadikan kurang menguntungkan dalam menciptakan iklim belajar mengajar yang baik.
Faktor selanjutnya dari dimensi lingkungan adalah faktor iklim sosial psikologis, yaitu keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim ini terjadi secara internal dan eksternal.
Iklim sosial internal adalah hubungan antara orang yang terlibat di dalam sekolah,antara lain siswa dengan siswa, siswa dengan guru, sedangkan iklim sosial eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua, dengan lembaga kemasyarakatan dan sebagainya.
Sekolah yang memiliki hubungan yang harmonis baik secara internal akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, namun sebaliknya bila tidak harmonis maka akan berpengaruh negatif terhadap psikologis siswa, dan dengan hubungan eksternal yang baik akan menambah kelancaran program-program sekolah, khususnya proses pembelajaran sehingga upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan dari pihak lain.

Tuesday, 13 March 2012

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran

Sebagai sebuah sistem, pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
A. Faktor Guru
Guru adalah faktor yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru strategi sebagus apapun tidak mungkin dapat diaplikasikan. Keberhasilan pelakasanaan pembelajaran sangat bergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, tehnik,dan taktik pembelajaran. Masing-masing guru memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini tentu memengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau implementasi pembelajaran.
Guru dalam pembelajaran memegang peran yang sangat penting, terlebih dalam pendidikan dasar keberadaannya tidak dapat digantikan oleh perangkat yang lain, sebab peserta didik adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.
Peran guru dalam pembelajaran tidak sebatas sebagai model atau teladan bagi siswa, tetapi juga berperan sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). dari peran ini efektifitas suatu proses pembelajaran sangat bergantung padanya.
Dunkin (1974) dalam Sanjaya (2008) menyatakan ada beberapa aspek yang memengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru adalah sebagai berikut :
Teacher formative experience, mencakup jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Aspek ini mencakup tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya, adat istiadat, keadaan keluarga tempat guru berasal.
Teacher training experiences, mencakup pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktifitas dan latar belakang pendidikan guru, seperti pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan, dan sebagainya.
Teacher properties, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, seperti sikap guru terhadap profesinya, sikapnya terhadap siswa, kemampuan intelegensi guru, motivasi,kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran, termasuk dalam menyusun perencanaan pembelajaran, maupun kemampuan penguasaan materi.
Selain itu pandangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan juga dapat memengaruhi proses pembelajaran. Contoh, guru yang menganggap mata pelajaran yang diajarkannya sebagai mata pelajaran hafalan, akan berbeda dibandingkan dengan guru yang menganggapnya sebagai mata pelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, guru yang mengganggap suatu mata pelajaran sulit untuk dipelajari akan berpengaruh cara penyajian mata pelajaran tersebut.
B. Faktor Siswa
Siswa merupakan organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya masing-masing. Perkembangan yang terjadi adalah perkembangan seluruh aspek-aspek kepribadiannya, namun masing-masing memiliki tempo yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan dalam proses perkembangan dan perbedaan karakteristik lain pada diri masing-masing siswa ini turut memengaruhi proses pembelajaran. Faktor-faktor yang memengaruhi dari aspek siswa menurut Dunkin (Sanjaya:2008) meliputi :
Pupil formative experiences, yaitu aspek latar belakang siswa, meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran dan tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, kondisi keluarga asal siswa.
Pupil properties, yaitu faktor sifat yang dimiliki siswa mencakup kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Hal ini tidak dapat disangkal bahwa masing-masing siswa memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, ada yang tinggi, sedang maupun rendah. Siswa berkemampuan tinggi biasanya menunjukkan motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya, siswa berkemampuan rendah seringkali menunjukkan sikap kurang motivasi belajar, tidak serius dalam mengikuti pembelajaran maupun dalam mengikuti pembelajaran maupun dalam penyelesaian tugas. Demikian halnya pengetahuan, sehingga menuntut perhatian maupun perlakuan yang berbeda-beda juga dalam kegiatan pembelajaran. Sikap dan penampilan siswa juga merupakan faktor yang memengaruhi pembelajaran, ada siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) , namun ada juga yang pendiam.
Dari uraian tersebut dapat digarisbawahi bawah kondisi siswa sangat memengaruhi dan bahkan sangat menentukan proses dalam interaksi pembelajaran, bahkan memengaruhi hasil dari proses pembelajaran.
C. Faktor Sarana Prasarana
D. Faktor Lingkungan

Pengertian Sistem Pembelajaran

A. Pengertian Sistem Pembelajaran
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Sistem memiliki karakteristik sebagai berikut :
pertama, setiap sistem pasti memiliki suatu tujuan
kedua, sistem selalu mengandung suatu proses
Sistem bukan hanya merupakan cara, tetapi ia mencakup keterlibatan seluruh komponen-komponen pembentuknya, yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Suatu sistem memiliki ukuran dan batas relatif. Dapat terjadi suatu sistem tertentu pada dasarnya merupakan subsistem dari suatu sistem yang lebih luas.
Pembelajaran yang dilaksanakan seorang pendidik, pada dasarnya adalah sebuah sistem, karena pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan, yaitu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai berbagai komponen.Hal ini perlu dipahami, karena melalui pemahaman terhadap sistem pembelajaran, minimal guru akan memahami tentang tujuan pembelajaran atau hasil yang diharapkan, proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatn setiap kmponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut.
Pemahaman terhadap sistem juga bermanfaat untuk merancang atau merencanakan sustu proses pembelajaran. Perencanaan sendiri adalah merupakan proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan (Ely (1979) dalam Sanjaya (2008). Proses perencanaan pembelajaran yang sistematis memiliki beberapa keuntungan antara lain :
Melalui sistem perencanaan yang matang guru akan terhindar dari keberhasilan secara untung-untungan.
Melalui sistem perencanaan yang sistematis, setiap guru dapat menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi sehingga dapat menentukan berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Melalui sistem perencanaan, guru dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ktercapaia