Tuesday 20 March 2012

Implementasi Kurikulum Bagian 1

Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah proses mengajar yang dilakukan guru dan proses belajar yang dilakukan siswa di dalam maupun di luar sekolah. Implementasi kurikulum merupakan langkah yang mutlak harus dilaksanakan karena tanpa implementasi kurikulum rencana yang telah disusun tidak akan bermakna. Pada bagian ini akan dibahas mengenai sistem pembelajaran atau sistem belajar mengajar sebagai pelaksanaan implementasi kurikulum.
A. Konsep Dasar Mengajar
1. Mengajar adalah Proses Menyampaikan Materi Pelajaran
Mengajar merupakan terjemahan dari “teach” berasal dari bahasa Inggris kuno, yaitu taecan, berarti to teach (mengajar). Kata ini berasal dari bahasa Jerman kuno (Old Teutenic) taikjan, berasal dari kata dasar teik, memiliki makna “memperlihatkan”. Kata tersebut ditemukan juga dalam bahasa Sansekerta “dic”. Kata “dic” ini dalam bahasa Jerman Kuno dikenal dengan “deik”. Kata “teach” berhubungan pula dengan kata “token” yang berarti tanda atau simbol. Kata “token” ini juga berasal dari bahasa Jerman kuno “taiknom”, yaitu pengetahuan dari taikjan. Dengan demikian token dan teach secara historis memiliki keterkaitan. Dilihat dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau simbol, penggunaan tanda atau symbol tersebut dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respon mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan, dan lain sebagainya. Selanjutnya definisi tersebut terus mengalami perkembangan.
Mengajar, secara deskriptif, diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan atau transfer ilmu dari guru kepada siswa. Namun transfer di sini tidak diartikan sebagai memindahkan, tetapi menyebarluaskan, dianalogkan dengan menyebarluaskan atau memindahkan api, sehingga transfer tersebut tidak menyebabkan ilmu guru berkurang justru akan semakin bertambah. Pengertian yang mungkin paling tepat adalah menanamkan ilmu pengetahuan, sebagaimana pendapat Smith (1987) bahwa mengajar adalah menanamkan ilmu pengetahuan atau keterampilan (teaching is importing knowledge or skill).
Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, mengajar memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered)
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran yang sangat penting. Guru menjadi penentu segalanya, karena itu proses pengajaran biasanya hanya berlangsung ketika guru itu ada, tidak mungkin tanpa kehadiran guru. Di sini guru memiliki paling tidak tiga peranan, yaitu sebagai :
  • Perencana, guru sebelum proses pengajaran guru harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan, seperti materi pelajaran, cara penyampaian dan sebagainya.
  • Penyampai informasi, dalam hal ini guru seringkali menggunakan metode ceramah sebagai metode utama. Guru biasanya sudah merasa mengajar bila sudah melakukan ceramah.
  • Evaluator, guru juga berperan dalam menentukan alat evaluasi keberhasilan belajar. Kriteria keberhasilan proses pengajaran diukur dari sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.
b. Siswa sebagai objek belajar
Konsep mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran, menempatkan peserta didik sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran. Siswa merupakan organisme pasif, yang belum memahami atas apa yang seharusnya mereka pahami, sehingga dituntut memahami segala sesuatu yang diberikan guru melalui pengajaran. Siswa berperan sebagai penerima informasi yang diberikan guru, Jenis informasi dan pengetahuan yang diberikan , terkadang tidak berpijak dari kebutuhan siswa, baik dari segi bakat maupun minat, tetapi bernagkat dari pandangan apa yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat. Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat dan bakatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gayanya sangat terbatas, karena segala sesuatu diatur dan ditentukan oleh guru.
c. Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu
Proses pengajaran dilangsungkan pada tempat tertentu, seperti di dalam kelas dengan penjadwalan yang ketat. Siswa belajar manakala ada kelas yang telah didesain sebagai tempat belajar, sehingga proses pengajaran sering terjadi sangat formal. Waktu juga diatur dengan ketat, melalui penjadwalan dengan menentukan alokasi waktunya. Cara mempelajarinya pun seperti bagian yang terpisah, seakan tidak ada kaitan antara materi satu dengan yang lain.
d. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan ilmu pengetahuan
Keberhasilan proses pengajaran diukur oleh sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampiakan guru. Materi pelajaran adalah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang ditentukan sekolah, sedangkan mata pelajaran tersebut adalah pengalaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis yang kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi tersebut yang harus dikuasai siswa. Terkadang siswa tidak perlu memahami kegunaan mempelajari materi tersebut. Oleh karena itu criteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, sehingga alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis (paper and pencil test) yang dialksanakan secara periodik.

Thursday 15 March 2012

Komponen Sistem Pembelajaran

Sebagai sebuah sistem, proses pembelajaran memiliki beberapa komponen yang satu dengan yang lain saling berinteraksi dan berinterelasi. Komponen-komponen tersebut adalah :
1. Tujuan
Tujuan merupakan komponen penting dalam sistem pembelajaran, karena tujuan mengandung arah pembelajaran. Tujuan menentukan kondisi siswa yang ingin dibentuk melalui proses tersebut. Tujuan dalam proses pembelajaran menempati posisi yang sangat penting, bagaikan jantung pada tubuh manusia. Ia merupakan komponen yang pertama dan utama dalam sistem pembelajaran. Indonesia, saat ini dengan KTSP nya mejadikan kompetensi sebagai tujuan, artinya bahwa tujuan yang diharapkan adalah siswa dapat menguasai sejumlah kompetensi yang tergambar dalam kompetensi dasar maupun dalam standar kompetensi. Kompetensi, menurut W. Gulo (2002) dipahami dengan kemampuan yang tampak atau sering disebut dengan performance. Performance (penampilan) dapat berbentuk tingkah laku yang dapat didemonstrasikan, dapat diamati, dilihat, dan dirasakan, dan dapat dalam bentuk yang tidak dapat dilihat, yang disebut kompetensi rasional yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kedua bentuk kompetensi tersebut saling berkaitan, yaitu bahwa kemampuan performance berkembang manakala kemampuan rasional meningkat. seorang berpengetahuan luas, akan menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan yang berpengetahuan sedikit.
2. Isi atau Materi Pelajaran
Dalam konteks tertentu materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran, artinya sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi, yaitu apabila tujuan pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Dalam kondisi ini peran guru adalah sebagai sumber belajar, sehingga penguasaan materi menjadi tuntutan mutlak bagi guru. Adapun dalam setting pembelajaran berbasis kompetensi, tugas dan tanggung jawab guru bukan sebagai sumber belajar, karena itu materi pembelajaran seharusnya diambil dari berbagai sumber.
3. Strategi atau Metode
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh komponen ini, karena bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa diimplementasikan melalui strategi dan metode yang tepat, komponen-komponen tersebut dapat kehilangan makna dalam proses mencapai tujuan.
4. Alat dan Sumber
Meski sebagai alat bantu, komponen ini juga memiliki peran yang penting, apalagi dalam zaman dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, alat-alat dan sumber sebagai hasil teknologi, memungkinkan siswa belajar dari mana saja dan kapan saja. Bahkan dengan adanya kemajuan ini peran guru bergeser dari perannya sebagai sumber belajar menjadi sebagai pengelola pembelajaran. Dengan penggunaan berbagai sumber ini kualiatas pembelajaran menjadi semakin meningkat.
5. Evaluasi
Evaluasi tidak hanya berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kenerjanya dalam mengelola pembelajaran. Melalui evaluasi dapat dilihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen sistem pembelajaran.
Analisis terhadap kelima komponen tersebut akan sangat membantu dalam memprediksi keberhasilan proses pembelajaran.

Wednesday 14 March 2012

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran (part 2)

a. Faktor Guru
b. Faktor Siswa
c. Faktor Sarana Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, seperti media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, seperti gedung sekolah, ruang kelas, jalan sekolah, kamar kecil siswa dan lain sebagainya. Sarana prasarana akan sangat mendukung bagi terselenggaranya proses pembelajaran, bahkan ia adalah komponen yang sangat penting untuk keberhasilan proses pembelajaran.
keuntungan yang diperoleh ketika sarana prasarana tercukupi adalah sebagai berikut :
pertama, sarana prasarana yang lengkap akan menumbuhkan gairah dan motivasi guru dalam mengajar, baik mengajar dalam artian sebagai proses penyampaian materi maupun sebagai proses mengatur lingkungan. Sarana prasarana yang lengkap memungkinkan guru untuk memilih segala sesuatu yang dapat mendukung keberhasilannya dalam melaksanakan pembelajaran.
kedua, Sarana prasarana yang lengkap dapat memberikan berbagai pilihan bagi siswa untuk belajar. Dengan sarana prasarana yang lengkap memungkinkan siswa dengan gaya belajar yang berbeda, dengan tipe yang berbeda-beda untuk menentukan pilihan dalam mereka belajar.
d. Faktor Lingkungan
Dari faktor lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis
Fakto organisasi kelas adalah mencakup jumlah siswa dalam satu kelas. Hal ini penting, karena organisasi kelas yang terlalu besar menajdikan pemeblajaran sebagai upaya pencapaian tujuan belajar kurang efektif. Besarnya kelompok belajar cenderung :
  1. Sumber daya kelompok bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa sehingga waktu yang tersedia menjadi semakin sempit.
  2. Kelompok belajar menjadi kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada, seperti penggunaan waktu untuk diskusi, praktek, dan sebagainya
  3. Kepuaasan belajar setiap siswa cenderung menurun, karena dengan besarnya jumlah kelompok belajar pelayanan yang dapat diberikan oelh masing-masing guru menjadi terbatas, perhatian guru juga akan menjadi terpecah.
  4. Perbedaan individu antar anggota semakin tampak, sehingga semakin sulit untuk mendapatkan suatu kesepakatan, di mana kelompok yang besar cenderung terpecah menjadi sub kelompok yang bertentangan.
  5. Anggota kelompok yang besar cenderung menimbulkan kondisi keterpaksaan bagi siswa untuk menunggu di saat harus bersama-sama maju mempelajari suatu materi pelajaran.
  6. Banyak siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
Degan demikian jumlah anggota kelompok belajar yang besar menjadikan kurang menguntungkan dalam menciptakan iklim belajar mengajar yang baik.
Faktor selanjutnya dari dimensi lingkungan adalah faktor iklim sosial psikologis, yaitu keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim ini terjadi secara internal dan eksternal.
Iklim sosial internal adalah hubungan antara orang yang terlibat di dalam sekolah,antara lain siswa dengan siswa, siswa dengan guru, sedangkan iklim sosial eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua, dengan lembaga kemasyarakatan dan sebagainya.
Sekolah yang memiliki hubungan yang harmonis baik secara internal akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, namun sebaliknya bila tidak harmonis maka akan berpengaruh negatif terhadap psikologis siswa, dan dengan hubungan eksternal yang baik akan menambah kelancaran program-program sekolah, khususnya proses pembelajaran sehingga upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan dari pihak lain.

Tuesday 13 March 2012

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran

Sebagai sebuah sistem, pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
A. Faktor Guru
Guru adalah faktor yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru strategi sebagus apapun tidak mungkin dapat diaplikasikan. Keberhasilan pelakasanaan pembelajaran sangat bergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, tehnik,dan taktik pembelajaran. Masing-masing guru memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini tentu memengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau implementasi pembelajaran.
Guru dalam pembelajaran memegang peran yang sangat penting, terlebih dalam pendidikan dasar keberadaannya tidak dapat digantikan oleh perangkat yang lain, sebab peserta didik adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.
Peran guru dalam pembelajaran tidak sebatas sebagai model atau teladan bagi siswa, tetapi juga berperan sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). dari peran ini efektifitas suatu proses pembelajaran sangat bergantung padanya.
Dunkin (1974) dalam Sanjaya (2008) menyatakan ada beberapa aspek yang memengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru adalah sebagai berikut :
Teacher formative experience, mencakup jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Aspek ini mencakup tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya, adat istiadat, keadaan keluarga tempat guru berasal.
Teacher training experiences, mencakup pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktifitas dan latar belakang pendidikan guru, seperti pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan, dan sebagainya.
Teacher properties, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, seperti sikap guru terhadap profesinya, sikapnya terhadap siswa, kemampuan intelegensi guru, motivasi,kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran, termasuk dalam menyusun perencanaan pembelajaran, maupun kemampuan penguasaan materi.
Selain itu pandangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan juga dapat memengaruhi proses pembelajaran. Contoh, guru yang menganggap mata pelajaran yang diajarkannya sebagai mata pelajaran hafalan, akan berbeda dibandingkan dengan guru yang menganggapnya sebagai mata pelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, guru yang mengganggap suatu mata pelajaran sulit untuk dipelajari akan berpengaruh cara penyajian mata pelajaran tersebut.
B. Faktor Siswa
Siswa merupakan organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya masing-masing. Perkembangan yang terjadi adalah perkembangan seluruh aspek-aspek kepribadiannya, namun masing-masing memiliki tempo yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan dalam proses perkembangan dan perbedaan karakteristik lain pada diri masing-masing siswa ini turut memengaruhi proses pembelajaran. Faktor-faktor yang memengaruhi dari aspek siswa menurut Dunkin (Sanjaya:2008) meliputi :
Pupil formative experiences, yaitu aspek latar belakang siswa, meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran dan tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, kondisi keluarga asal siswa.
Pupil properties, yaitu faktor sifat yang dimiliki siswa mencakup kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Hal ini tidak dapat disangkal bahwa masing-masing siswa memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, ada yang tinggi, sedang maupun rendah. Siswa berkemampuan tinggi biasanya menunjukkan motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya, siswa berkemampuan rendah seringkali menunjukkan sikap kurang motivasi belajar, tidak serius dalam mengikuti pembelajaran maupun dalam mengikuti pembelajaran maupun dalam penyelesaian tugas. Demikian halnya pengetahuan, sehingga menuntut perhatian maupun perlakuan yang berbeda-beda juga dalam kegiatan pembelajaran. Sikap dan penampilan siswa juga merupakan faktor yang memengaruhi pembelajaran, ada siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) , namun ada juga yang pendiam.
Dari uraian tersebut dapat digarisbawahi bawah kondisi siswa sangat memengaruhi dan bahkan sangat menentukan proses dalam interaksi pembelajaran, bahkan memengaruhi hasil dari proses pembelajaran.
C. Faktor Sarana Prasarana
D. Faktor Lingkungan

Pengertian Sistem Pembelajaran

A. Pengertian Sistem Pembelajaran
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Sistem memiliki karakteristik sebagai berikut :
pertama, setiap sistem pasti memiliki suatu tujuan
kedua, sistem selalu mengandung suatu proses
Sistem bukan hanya merupakan cara, tetapi ia mencakup keterlibatan seluruh komponen-komponen pembentuknya, yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Suatu sistem memiliki ukuran dan batas relatif. Dapat terjadi suatu sistem tertentu pada dasarnya merupakan subsistem dari suatu sistem yang lebih luas.
Pembelajaran yang dilaksanakan seorang pendidik, pada dasarnya adalah sebuah sistem, karena pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan, yaitu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai berbagai komponen.Hal ini perlu dipahami, karena melalui pemahaman terhadap sistem pembelajaran, minimal guru akan memahami tentang tujuan pembelajaran atau hasil yang diharapkan, proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatn setiap kmponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut.
Pemahaman terhadap sistem juga bermanfaat untuk merancang atau merencanakan sustu proses pembelajaran. Perencanaan sendiri adalah merupakan proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan (Ely (1979) dalam Sanjaya (2008). Proses perencanaan pembelajaran yang sistematis memiliki beberapa keuntungan antara lain :
Melalui sistem perencanaan yang matang guru akan terhindar dari keberhasilan secara untung-untungan.
Melalui sistem perencanaan yang sistematis, setiap guru dapat menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi sehingga dapat menentukan berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Melalui sistem perencanaan, guru dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ktercapaia

Saturday 10 March 2012

Pengembangan RPP

2. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
a. Pengertian dan fungsi RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP disusun berdasarkan silabus. dalam pembelajaran RPP sangat diperlukan, hal ini karena pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan materi, melainkan proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar, sehingga setiap proses pembelajaran akan sangat bergantung pada tujuan, materi pelajaran serta karakteristik siswa sebagai subjek belajar. Dengan demikian pembelajaran perlu direncanakan secara matang oleh seorang guru, sebagai bagian tugas profesionalnya.
b. Komponen-Komponen RPP
Merencanakan RPP pada dasarnya adalah merencanakan komponen-komponen pembelajaran yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu sistem pembelajaran. Dalam RPP minimal mengandung 5 komponen pokok, sebagaimana digariskan pada PP Nomor 19 Tahun 2005 Bab IV pasal 20 yaitu :
1) Tujuan Pembelajaran
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran ini, yang dilakukan adalah menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK/KD) menjadi indikator hasil belajar. Hal ini disebabkan SK/KD telah ada dalam standar isi kecuali seandainya guru ingin mengembangkan kurikulum Muatan Lokal (mulok) maka penyusunannya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik daerah. Indikator hasil belajar adalah pernyataan perilaku yang memiliki dua syarat utama, yaitu bersifat observable dan berorientasi pada hasil belajar.
2) Materi/ Isi
Materi berkenaan dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Materi harus digali dari berbagai sumber belajar sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai. Dlam KTSP materi dimungkinkan berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, yang disebabkan perbedaan karakteristik masing-masing daerah.
3) Strategi dan Metode Pembelajaran
Strategi merupakan rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi. Karena itu keduanya tidak apat dipisahkan satu dengan yang lain.Penyusunan strategi dan metode harus memperhatikan tujuan yang hendak dicapai, apakah ia tujuan yang bersifat kognitif atau afektif, dsb juga harus memperhatikan materi yang akan diajarakan, apakah ia berupa data atau konsep dan sebagainya. Satu hal yang harus diperhatikan lagi adalah strategi dan metode yang disusun harus dapat mendorong peserta didik untuk beraktifitas sesuai dengan gaya belajarnya. Dalam PP No 19 tahun 2005 dinyatakan beberapa prinsip yaitu bahwa pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan prakarsa, kreatifitas sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
4) Media dan sumber belajar
Media dalam pembelajaran adalah alat bantu untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan sumber belajar adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai dengan materi pelajaran. Penentuan kedua komponen ini harus sesuai dengan karakteristik peserta didik dan karakteristik daerah. Suatu media dan sumber belajar tidak mungkin cocok bagi semuruh peserta didik.
5) Evaluasi
Dalam KTSP, evaluasi bukan hanya sekedar untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam pencapaian hasil belajar, tetapi lebih dari itu juga untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan setiap peserta didik. Dengan demikian dalam RPP alat evaluasi yang digunakan tidak hanya tes, tetapi juga menggunkaan nontes dalam bentuk tugas, wawancara, dan lain sebagainya.

 CONTOH FORMAT RPP


Saturday 3 March 2012

Pengembangan Dokumen Dua KTSP

Dokumen dua KTSP berisi tentang silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
1. Pengembangan Silabus
a. Pengertian
Silabus adalah rancangan program pembelajaran satu atau kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik, pokok materi yang harus dipelajari siswa serta bagaimana cara mempelajarinya dan bagaimana cara untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan. silabus dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
Silabus memuat hal-hal sebagai berikut :
  • Tujuan yang hendak dicapai oleh peserta didik melalui proses pembelajaran, berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) yang telah ditetapkan.
  • materi yang harus dipelajari siswa sehubungan dengan SKKD yang hendak dicapai. Ini berkaitan dengan penentuan pokok-pokok materi yang berhubungan dengan SKKD
  • Cara yang dapat dilakukan agar SKKD yang telah ditetapkan dapat tercapai. Hal ini berkaitan dengan penentuan strategi dan metode pembelajaran, penetapan media pembelajaran yang bermuara pada pengalaman belajar yang harus dilakukan setiap peserta didik.
  • Cara menentukan keberhasilan peserta didik dalam pencapaian kompetensi, yaitu berkaitan dengan perumusan indikator hasil belajar dan penetapan sistem evaluasi pembelajaran.
Silabus disusun sesuai dengan kondisi sekolah, sehingga dapat terjadi setiap sekolah memiliki silabus yang berbeda.
b. Manfaat Silabus
  1. Bagi guru, silabus berguna sebagai pedoman dalam menyusun Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran, sebagai pedoman dalam penyelenggaraan suatu proses pembelajaran
  2. Bagi administrator, silabus dapat dijadikan rujukan dalam menentukan berbagai kebijakan sekolah, seperti penentukan skala prioritas dalam menyediakan sarpras.
  3. Bagi pengawas, silabus bermanfaat untuk melakukan supervisi sekolah, seperti untuk memberikan bantuan dan layanan kepada guru yang mengalami kesulitan.
c. Prinsip Pengembangan Silabus
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
d. Unit Waktu
  • Silabus mapel disusun berdasarkan seluruh waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
  • penyusunan silabus memerhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
  • implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan SKKD untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum.
e. Pengembang Silabus
silabus dapat dikembangkan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG) dan Dinas Pendidikan.
f. Format Silabus


g. Langkah-langkah penyusunan Silabus
1. Menentukan Identitas
Identitas Silabus mencakup nama sekolah, mata pelajaran, kelas dan semester. Identitas berfungsi untuk memberikan informasi kepada guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan silabus, misalnya berkaitan dengan karakteristik peserta didik.
2. Merumuskan Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah peserta didik mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula. Standar kompetensi telah ditentukan pada setiap mata pelajaran dalam Standar Isi, keculai pada mata pelajaran yang merupakan pengembangan dari sekolah maka standar kompetensi perlu dikembangkan oleh sekolah sesuai dengan mata pelajaran tersebut.
3. Menentukan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus dicapai oleh peserta didik untuk menunjukkan bahwa mereka telah menguasai standar kompetensi yang telah ditentukan, oleh karena itu kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Kompetensi dasar menjawab pertanyaan :"kemampuan apa saja yang harus dimiliki siswa agar standar kompetensi dapat dicapai ?". Penetapan kompetensi dasar tidak harus selalu sesuai denga urutan yang ada dalam Standar Isi.
4. Mengidentifikasi Materi Pokok/ Materi Pembelajaran
Materi pokok harus dipilih sesuai dengan kompetensi dasar yang harus diacapai, karena materi pokok disusun untuk pencapaian tujuan. Untuk menyusun materi pokok perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
  • potensi peserta didik
  • relevansi dengan karakteristik daerah
  • tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik
  • kebermanfaatan bagi peserta didik
  • struktur keilmuan
  • aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran
  • relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
  • sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia
  • merumuskan Kegiatan pembelajaran
5. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian berfungsi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi dasar. Dengan demikian, indikator dirumuskan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun indikator :
  • indikator dirumuskan dalam bentuk perubahan perilaku yang dapat diukur keberhasilannya.
  • perilaku yang dapat diukur itu berorientasi pada hasil belajar bukan pada proses belajar
  • sebaiknya satu indikator mengandung satu bentuk perilaku
6. Menentukan penilaian
penilaian merupakan suatu proses atau serangkaian kegiatan yakni kegiatan memperoleh, menganalisa dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. penilaian dapat dilakukan melalui ekgiatan tes dan nontes, tertulis maupun non tertulis.
7. Menentukan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kmptetensi dasar didasarkan kepada jumlah minggu efektif da alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar
8. menentukan Sumber belajar
sumber belajar merupakan rujukan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang brupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkunga fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber belajar ditentukan berdasarkan pada SKKD serta materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaan kompetensi.