Monday, 2 January 2012

Landasan Sosial Budaya Pengembangan Kurikulum

3. Landasan Sosial Budaya

Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum memiliki peran dalam mengarahkan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita telah memahami bersama bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakatnya. karena itu, pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun lebih dari itu memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita semua berharap muncul manusia – manusia mampu memahami masyarakat dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Dengan pentingnya peran kurikulum tersebut, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyarakat, yang mana setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang, sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan evalusi, pengembangan, penyesuaian, bahkan perubahan pola hidup masyarakat mengikuti tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat. Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan menjadikan perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global sebagai salah satu landasan yang harus dijadikan tempat berpijak.
Kita maklumi bersama bahwa masyarakat tidak bersifat statis. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat juga mengalami perubahan, menuju masyarakat yang semakin kompleks. Perubahan tersebut bukan hanya terjadi pada system nilai tetapi juga pada pola kehidupan, struktur sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Kompleksitas tersebut yang selanjutnya memunculkan kelompok-kelompok sosial, tertentu yang selanjutnya memengaruhi kurikukulum, seperti tekanan-tekanan dari kelompok politik tertentu terhadap materi pendidikan, belum lagi tekanan dari kelompok lain yang memiliki pandangan yang berbeda.
Pengembang kurikulum, meskipun sulit, harus memerhatikan setiap tuntutan dan tekanan masyarakat yang berbeda-berbeda. Di sini perlu adanya usaha untuk menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat. Selanjutnya para pengembang kurikulum perlu menjalankan peran evaluative dan kritisnya dalam menentukan muatan kurikulum, untuk menentukan muatan-muatan yang memang layak untuk dimasukkan dalam kurikulum.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan dari aspek sosial budaya adalah :
1. Perubahan pola hidup, yaitu terjadinya perubahan dari masyarakat agraris tradisional menuju kehidupan industri modern.Perubahan tersebut dapat dilihat dalam beberapa aspek :
a. Pola kerja, pada masyarakat agraris cenderung teratur berlangsung siang hari, dari pagi hingga sore, tetapi tidak demikian pada masyarakat indutri, mereka cenderung tidak teratur, dan memiliki waktu kerja yang lebih panjang.
b. Pola hidup yang sangat bergantung pada hasil teknologi, pada masyarakat industry ketergantungan pada hasil teknologi lebih tinggi, bahwa dalam kehidupannya menjadi suatu yang harus dipenuhi, daripada masyarakat petani yang agraris tradisional
c. Pola hidup dalam system perekonomian baru, yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi, ditandai dengan penggunaan produk perbankan dengan sistim baru, munculnya pasar modern yang semakin menggeser pasar tradisional, tidak hanya membawa dampak positif saja tetapi terkadang pengaruh negative terhadap pola hidup masyarakat.
Tiga hal tersebut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan menyusun kurikulum, sehingga dapat ditentukan muatan atau materi untuk bekal menghadapi kondisi tersebut.
2. Perubahan kehidupan politik, yaitu perubahan politik yang diakibatkan era globalisasi, perubahan yang terjadi baik dalam wilayah nasional maupun internasional. Sebagai contoh di Indonesia, dengan era reformasinya, maka semua aspek berubah, tidak terkecuali pendidikan. Pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan manusia yang kritis dan demokratis. Karena itu perubahan kea rah transparansi harus ditangkap oleh para pengembang kurikulum. Kehidupan demokratis harus menjiwai kurikulum. Hal ini yang mendasari munculnya produk hukum yang memberikan kewenangan daerah untuk mengurusi rumah tangganya termasuk dalam bidang pendidikan. Sinyal yang harus ditangkap para pengembang kurikulum di daerah, untuk memberdayakan pendidikan sebagai pembentuk generasi yang handal sesuai dengan nilai dan kebutuhan masyarakat local, nasional, maupun global. Berkaitan dengan sosial budaya ini yang harus dilakukan oleh para pengembang sebelum menyusun kurikulum adalah :
a. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti yang
dirumuskan dalam peraturan perundangan.
b. Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah/madrasah
berada
c. Menganalisis kekuatan serta potensi daerah
d. Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja
e. Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan masyarakat.

0 komentar:

Post a Comment